Minggu, 01 April 2018

LANDASAN TEORITIS 

MULTIMEDIA PEMBELAJARAN


Hasil gambar untuk multimedia

Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara”, atau “pengantar”. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Menurut Gerlach dan Ely (1971), media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Sehingga guru, buku teks dan lingkungan sekolah marupakan media.
Fleming (1987: 234) menyatakan media berfungsi untuk mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak yaitu siswa dan isi pelajaran. Hainich dan kawan-kawan (1982) mengemukakan istilah media sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima.
Kesimpulannya, media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima. Sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat si penerima pesan. Di dalam proses penyampaian informasi ini dengan menggunakan saluran (media) maka komunikan akan menerima informasi/pesan tersebut melalui kelima panca inderanya (penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecap).
Ada beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan media pembelajaran, antara lain landasan filosofis, psikologis, teknologis, dan empiris.
      1.      Landasan filosofis. Ada suatu pandangan, bahwa dengan digunakannya berbagai jenis media hasil teknologi baru di dalam kelas, akan berakibat proses pembelajaran yang kurang manusiawi. Dengan kata lain, penerapan teknologi dalam pembelajaran akan terjadi dehumanisasi. Akan tetapi, siswa dihargai harkat kemanusiaannya diberi kebebasan untuk menentukan pilihan, baik cara maupun alat belajar sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian, penerapan teknologi tidak berarti dehumanisasi. Sebenarnya perbedaan pendapat tersebut tidak perlu muncul, yang penting bagaimana pandangan guru terhadap siswa dalam proses pembelajaran. Jika guru menganggap siswa sebagai anak manusia yang memiliki kepribadian, harga diri,motivasi, dan memiliki kemampuan pribadi yang berbeda dengan yang lain, maka baik menggunakan media hasil teknologi baru atau tidak, proses pembelajaran yang dilakukan akan tetap menggunakan pendekatan humanis.
     2.      Landasan psikologis. Dengan memperhatikan kompleks dan uniknya proses belajar, maka ketepatan pemilihan media dan metode pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Di samping itu, persepsi siswa juga sangat mempengaruhi hasil belajar. Oleh sebab itu, dalam pemilihan media, di samping memperhatikan kompleksitas dan keunikan proses belajar, memahami makna persepsi serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penjelasan persepsi hendaknya diupayakan secara optimal agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Untuk maksud tersebut, perlu: (1) diadakan pemilihan media yang tepat sehingga dapat menarik perhatian siswa serta memberikan kejelasan obyek yang diamatinya, (2) bahan pembelajaran yang akan diajarkan disesuaikan dengan pengalaman siswa. Kajian psikologi menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal yang konkrit ketimbang yang abstrak. Berkaitan dengan kontinum konkrit-abstrak dan kaitannya dengan penggunaan media pembelajaran, ada beberapa pendapat.
  •     Pertama, Jerome Bruner, mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan urutan dari belajar dengan gambaran atau film (iconic representation of experiment) kemudian ke belajar dengan simbul, yaitu menggunakan kata-kata (symbolic representation). Menurut Bruner, hal ini juga berlaku tidak hanya untuk anak tetapi juga untuk orang dewasa.
  •      Kedua, Charles F. Haban, mengemukakan bahwa sebenarnya nilai dari media terletak pada tingkat realistiknya dalam proses penanaman konsep, ia membuat jenjang berbagai jenis media mulai yang paling nyata ke yang paling abstrak.
  •    Ketiga, Edgar Dale, membuat jenjang konkrit-abstrak dengan dimulai dari siswa yang berpartisipasi dalam pengalaman nyata, kemudian menuju siswa sebagai pengamat kejadian nyata, dilanjutkan ke siwa sebagai pengamat terhadap kejadian yang disajikan dengan media, dan terakhir siswa sebagai pengamat kejadian yang disajikan dengan simbol.

Salah satu gambaran yang paling banyak digunakan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam pembelajaran adalah kerucut pengalaman Dale (Dale’s Cone of Experience).
Dalam proses pembelajaran, media memiliki kontribusi dalam meningkatkan mutu dan kualitas pengajaran. Kehadiran media tidak saja membantu pengajar dalam menyampaikan materi ajarnya, tetapi memberikan nilai tambah pada kegiatan pembelajaran. Kerucut pengalaman Dale diatas mengklasifikasikan media berdasarkan pengalaman belajar yang akan diperoleh oleh peserta didik, mulai dari pengalaman belajar langsung, pengalaman belajar yang dapat dicapai melalui gambar, dan pengalaman belajar yang bersifat abstrak. Materi yang ingin disampaikan dan diinginkan peserta didik dapat menguasainya disebut sebagai pesan. Guru sebagai sumber pesan menuangkan pesan-pesan dalam simbol-simbol tertentu (encoding) dan peserta didik sebagai penerima menafsirkan simbol-simbol tersebut sehingga dipahami sebagai pesan (decoding).
   3.      Landasan Teknologis. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, teknologi komunikasi dan informasi mengalami kemajuan yang sangat pesat untuk selanjutnya berpengaruh terhadap pola komunikasi di masyarakat. Tuntutan masyarakat yang semakin besar terhadap pendidikan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, membuat pendidikan tidak mungkin lagi dikelola hanya dengan pola tradisional, karena cara ini tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.  Hasil teknologi telah sejak lama dimanfaatkan dalam pendidikan. Banyak yang dharapkan dari alat- alat teknologi pendidikan yang membantu mengatasi berbagai masalah  pendidikan sehingga dapat membantu siswa belajar secara individual dengan efektif dan efisien.
Dalam konteks pendidikan yang lebih umum, ataupun hanya proses belajar mengajar, teknologi pendidikan merupakan pengembangan penerapan, dan penilaian sistem , teknik dan alat bantu untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas belajar manusia. Dengan demikian, aspek- aspeknya meliputi pertimbangan teoritik yang merupakan hasil penelitian, perangkat dan peralatan teknis atau hardware, dan perangkat lunaknya atau software.
Sasaran akhir dari teknologi pembelajaran adalah memudahkan peserta didik belajar. Untuk mencapai sasaran akhir ini, teknolog-teknolog di bidang pembelajaran mengembangkan berbagai sumber belajar untuk memenuhi kebutuhan setiap peserta didik sesuai dengan karakteristiknya.
     Dalam upaya itu, teknolog berkerja mulai dari pengembangan dan pengujian teori-teori tentang berbagai media pembelajaran melalui penelitian ilmiah, dilanjutkan dengan pengembangan disaignnya, produksi, evaluasi dan memilih media yang telah diproduksi, pembuatan katalog untuk memudahkan layanan penggunaannya, mengembangkan prosedur penggunaannya, dan akhirnya menggunakan baik pada tingkat kelas maupun pada tingkat yang lebih luas lagi. Semua kegiatan ini dilakukan oleh para teknolog dengan berpijak pada prinsip bahwa suatu media hanya memiliki keunggulan dari media lainnya bila digunakan oleh peserta didik yang memiliki karakteristik sesuai dengan rangsangan yang ditimbulkan oleh media pembelajaran itu. Dengan demikian, proses belajar setiap peserta didik akan amat dimudahkan dengan hadirnya media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik belajarnya. Media pembelajaran sebagai bagian dari teknologi pembelajaran memiliki enam manfaat potensial dalam memecahkan masalah pembelajaran, yaitu:
  • ·         Meningkatkan produktivitas pendidikan ( Can make education more productive). Dengan media dapat meningkatkan produktivitas pendidikan antara lain dengan jalan mempercepat laju belajar siswa, membantu guru untuk menggunakan waktunya secara lebih baik dan mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga guru lebih banyak membina dan mengembangkan kegairahan belajar siswa.
  •           Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual (Can make education more individual).Pembelajaran menjadi lebih bersifat individual antara lain dalam variasi cara belajar siswa, pengurangan kontrol guru dalam proses pembelajaran, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuan dan kesempatan belajarnya.
  •       Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran ( Can give instruction a more scientific base). Artinya perencanaan program pembelajaran lebih sistematis, pengembangan bahan pembelajaran dilandasi oleh penelitian tentang karakteristik siswa, karakteristk bahan pembelajaran, analisis instruksional dan pengembangan disaign pembelajaran dilakukan dengan serangkaian uji coba yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
  •           Lebih memantapkan pembelajaran (Make instruction more powerful).Pembelajaran menjadi lebih mantap dengan jalan meningkatkan kapabilitas manusia menyerap informasi dengan melalui berbagai media komunikasi, di mana informasi dan data yang diterima lebih banyak,lengkap dan akurat. 
  •        Dengan media membuat proses pembelajaran menjadi lebih langsung/seketika (Can make learning more immediate). Karena media mengatasi jurang pemisah antara peserta didik dan sumber belajar, dan mengatasi keterbatasan manusia pada ruang dan waktu dalam memperoleh informasi, dapat menyajikan “kekonkritan” meskipun tidak secara langsung.
  •      Memungkinkan penyajian pembelajaran lebih merata dan meluas (Can make access to education more equal).
  1.  4  Landasan empiris. Temuan-temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara  penggunaan media pembelajaran dan karakteristik belajar siswa dalam menentukan hasil belajar siswa. Artinya, siswa akan mendapat keuntungan yang signifikan bila ia belajar dengan menggunakan media yang sesuai dengan karakteristik tipe atau gaya belajarnya. Siswa yang memiliki tipe belajar visual akan lebih memperoleh keuntungan bila pembelajaran menggunakan media visual, seperti gambar, diagram, video, atau film. Sementara siswa yang memiliki tipe belajar auditif, akan lebih suka belajar dengan media audio, seperti radio, rekaman suara, atau ceramah guru. Akan lebih tepat dan menguntungkan siswa dari kedua tipe belajar tersebut jika menggunakan media audio-visual. Berdasarkan landasan rasional empiris tersebut, maka pemilihan media pembelajaran hendaknya jangan atas dasar kesukaan guru, tetapi harus mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik pebelajar, karakteristik materi pelajaran, dan karakteristik media itu sendiri.
Permasalahan :
     Kita tahu banyak guru yang belum bisa menggunakan komputer padahal di kurikulum 2013 guru dituntut untuk bisa menggunakan komputer. Pengalaman yang saya temui pada suatu sekolah guru tersebut memiliki umur yang bisa dikatagorikan hampir mendekati waktu pensiun. Bagaimana tindakan yang dilakukan oleh sekolah untuk bisa membuat semua guru bisa menggunakan teknologi seperti komputer dalam mengajar ?


12 komentar:

  1. saya ingin menambahkan ulasan saudara mengenai kerucut Edgar Dale:
    Kajian psikologis mengatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal yang konkret ketimbang yang abstrak. Berkaitan dengan konkret-abstrak dan kaitannya dengan penggunaan media pembelajaran, ada beberapa pendapat di antaranya:
    o bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan urutan dari belajar dengan gambaran atau film ( iconic representation of experiment) kemudian ke belajar dengan simbol, yaitu menggunakan kata-kata (symbolic representation ). Hal ini juga berlaku tidak hanya untuk anak, tetapi juga untuk orang dewasa.
    o bahwa sebenarnya nilai dari media terletak pada tingkat realistiknya dalam proses penanaman konsep, ia membuat jenjang berbagai jenis media mulai yang paling nyata ke yang paling abstrak.
    o membuat jenjang konkrit-abstrak dengan dimulai dari siswa yang berpartisipasi dalam pengalaman nyata, kemudian menuju siswa sebagai pengamat kejadian nyata, dilanjutkan ke siswa sebagai pengamat terhadap kejadian yang disajikan dengan media, dan terakhir siswa sebagai pengamat kejadian yang disajikan dengan symbol. Jenjang konkrit-abstrak ini ditunjukkan dengan bagan dalam bentuk kerucut pengalaman (cone of experiment).

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya setuju dengan pendapat anda, kita ketahui bahwa pembelajaran kimia bersifat abstrak sehingga guru harus bia memberikan contoh yang konkret sehingga anak lebih mudah memahami konsep dasar yang konkret. namun bagaimana menurut anda dengan guru yang tidak menggunakan media sama sekali dalam mengajar?apakah itu tidak baik?

      Hapus
  2. saya mencoba menjawab,,,tindakan yang dilakukan oleh sekolah untuk bisa membuat semua guru bisa menggunakan teknologi seperti komputer dalam mengajar adalah memberi kesempatan untuk dapat hadir dlm suatu penyuluhan/seminar2/penataran yang diadakan dinas pendidikan tentang tata cara penggunaan teknologi terutama komputer. Dan berdasarkan pengalaman saya ketika duduk di bangku SMA, saya punya guru yg hampir pensiun, dia sering mengikuti penataran terkait K13 yang menuntut guru pandai dlm mengaplikasikan media pembelajaran. tidak ada batasan bagi manusia untk belajar.... asalkan ia berniat untuk bisa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya setuju dengan pendapat anda, jika itu memang harus dikuasai untuk semua guru, sebaiknya sekolah juga memperhatikan guru tersebut dengan mendukungnya untuk lebih berusaha atau kepala sekolahnya bisa langsung turun tangan untuk mengajarkan guru tersebut. Tapi bagaimana dengan pepatah belajar dihari tua seperti mengukir diatas air? apakah anda setuju dengan hal demikian

      Hapus
  3. Guru wajib dipaksa terutama bagi sekolah yang beada didaerah terpencil yang belum memiliki kompetensi dalam mengimplikasikan terhadap pendekatan pembelajaran. Pembelajaran dituntun menggunakan alat Komputer sebagai media pembelajaran supaya siswa tidak jenuh dengan metode ceramah. Bagaimana mengubah label guru gagap komputer menjadi guru mahir komputer?Itu semua hanya ada pada diri individual yang akan mengubahnya. Jika ingin menjadi guru yang berkualifikasi sesuai dengan tuntutan zaman, maka marilah para guru bisa mengubah mindset dalam belajar komputer, jangan sampai peserta didik lebih mahir komputer dibanding dengan gurunya. Jika peserta didik mempunyai motivasi tinggi dalam belajar komputer, maka guru harus lebih sering memakai media komputer. Dan lebih baik sekolah mengadakan penyuluhan mengenai penggunaan komputer, selain itu bagi guru yang telah mahir menggunakan computer hedaknya mengajari guru yang telah mahir. Bagi guru yang hamper pension juga harus tetap diusahakan oleh sekolah agar guru terseut memiliki keahlian dalm bidang computer. Sedangkan bagi guru yang masih muda hendaknya memepersiapkan diri dari sekarang untuk perkembangan media yang lebih canggih lagi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya setuju dengan pendapat anda bahwa guru harus terus belajar dalam meningkatkan kualitasnya untuk mengajar, apalagi sekarang menggunakan kurikulum 2013, apakah dengan banyak menggunakan media ini akan membuat anak bosan dan malah menurunkan minat belajarnya?

      Hapus
  4. Bagaimana tindakan yang dilakukan oleh sekolah untuk bisa membuat semua guru bisa menggunakan teknologi seperti komputer dalam mengajar
    seorang guru profesional harusnya menjadi guru yang gaul, maksud gaul disini yaitu selalu memperhatikan perkembangan zaman, jika dulunya guru menggunakan mesin ketik untuk mengetik sekarang seorang guru harus bisa menggunakan teknologi yang lebih canggih yaitu komputer. seharusnya seorang guru harus belajar setiap harinya, belajar dini bermaksud yaitu supaya update selalu informasi informasi tentang dunia pendidikan dan teknologi, dimana semakin bertambah waktu semakin banyak penemuan-penemuan yang dilakukan para peneliti, jadi ilmu semakin hari semakin berkembang apalagi ilmu pengetahuan alam, maka dari itu seorang guru harus terus pantau perkembangan yang ada

    BalasHapus
  5. Menurut saya guru harus melengkapi sarana untuk menunjang kegiatan belajar menggunakan komouter atau laptop seperti listrik, proyektor atau infocus serta menerapkan e-learning jika memungkinkan sehingga mau tidak mau guru harus menggunakan komputer dalam pembelajaran dan guru juga harus memiliki ketrampilan dalam mengajar

    BalasHapus
  6. Menurut saya kita bisa membuat program pelatihan untuk semua guru agar bisa mengoperasikan komputer dengan baik

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya sependapat dengan saudari novia sebaiknya diadakan pelatihan terlebih dahulu untuk guru-guru agar bisa mengoperasikan dengan baik , dan sebagai seorang guru kita juga harus bisa mengikuti perkembangan teknologi yang semakin canggih apalagi yang dapat mempermudah kita dalam mengajar

      Hapus
  7. Menurut saya, ,salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan cara penataran guru atau pelatihan guru sehingga nantinya mampu menggunakan teknologi teknologi yang akan semakin berkembang dalam dunia pendidikan.

    BalasHapus
  8. Baiklah saya akan menjawab permasalahan anda, adapun solusi yang dapat dilakukan, adalah: Pertama, Melakukan pelatihan kepada pendidik, yaitu dengan meningkatkan kualitas dalam memanfaatkan media pembelajaran dan yang terpenting adalah membentuk mindset berfikir guru untuk secara sadar menggunakan multimedia pembelajaran dalam mengajar. Hal ini sangat bermanfaat, Karena akan membantu pendidik dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam memproduksi dan mengembangkan media pembelajaran. Namun, kesadaran untuk memanfaatkan media juga jauh lebih penting dari pada pelatihan memanfaatkan media tertentu. Artinya jika guru mahir memanfaatkan media tetapi tetap malas menggunakannya media hanya akan sama saja (tidak akan dimanfaatkan oleh guru).
    Kedua, Manajeman pengelolaan multimedia pembelajaran, yaitu dapat dilakukan dengan membuat daftar jumlah media pembelajaran yang tersedia di sekolah, membuat jadwal pengguna media pembelajaran, membentuk tim pengelola pemeliharaan media, dan membuat catatan-catatan lain yang relevan untuk manajeman pengelolaan media pembelajaran.

    BalasHapus