FLAVONOID
A. Asal-usul
flavonoid
Ilmu
kimia senyawa-senyawa fenol yang ditemukan di alam mengalami kemajuan yang
pesat setelah Kekule berhasil menetapkan struktur cincin aromatic. Bahkan,
struktur dari beberapa senyawa fenol telah dapat ditetapkan sejak abad ke-19.
Dengan
demikian, senyawa-senyawa fenol dapat dianggap sebagai cabang dari ilmu kimia
bahan alam yang terus berkembang. Sifat-sifat kimia dari senyawa fenol adalah
sama, akan tetapi dari segi biogenetic senyawa-senyawa ini dapat dibedakan atas
dua jenis utama, yaitu:
1. Senyawa fenol yang berasal dari asam shikimat atau jalur shikimat.
2. Senyawa fenol yang berasal dari jalur asetat-malonat.
1. Senyawa fenol yang berasal dari asam shikimat atau jalur shikimat.
2. Senyawa fenol yang berasal dari jalur asetat-malonat.
Ada
juga senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kombinasi antara kedua jalur
biosintesa ini yaitu senyawa-senyawa flanonoida.
Tidak ada benda yang begitu menyolok seperti flavonoida yang memberikan kontribusi keindahan dan kesemarakan pada bunga dan buah-buahan di alam. Flavin memberikan warna kuning atau jingga, antodianin memberikan warna merah, ungu atau biru, yaitu semua warna yang terdapat pada pelangi kecuali warna hijau.
Tidak ada benda yang begitu menyolok seperti flavonoida yang memberikan kontribusi keindahan dan kesemarakan pada bunga dan buah-buahan di alam. Flavin memberikan warna kuning atau jingga, antodianin memberikan warna merah, ungu atau biru, yaitu semua warna yang terdapat pada pelangi kecuali warna hijau.
Secara
biologis flavonoida memainkan peranan penting dalam kaitan penyerbukan tanaman
oleh serangga. Sejumlah flavonoida mempunyai rasa pahit sehingga dapat bersifat
menolak sejenis ulat tertentu.
Senyawa
flavonoid adalah suatu kelompok fenol yang terbesar yang ditemukan di alam.
Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu dan biru dan sebagai zat
warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan.
Flavonoid
merupakan pigmen tumbuhan dengan warna kuning, kuning jeruk, dan merah dapat
ditemukan pada buah, sayuran, kacang, biji, batang, bunga, herba,
rempah-rempah, serta produk pangan dan obat dari tumbuhan seperti minyak
zaitun, teh, cokelat, anggur merah, dan obat herbal. Senyawa ini berperan
penting dalam menentukan warna, rasa, bau, serta kualitas nutrisi makanan.
Tumbuhan umumnya hanya menghasilkan senyawa flavonoid tertentu. Keberadaan
flavonoid pada tingkat spesies, genus atau familia menunjukkan proses evolusi
yang terjadi sepanjang sejarah hidupnya.
Bagi
tumbuhan, senyawa flavonoid berperan dalam pertahanan diri terhadap hama,
penyakit, herbivori, kompetisi, interaksi dengan mikrobia, dormansi biji,
pelindung terhadap radiasi sinar UV, molekul sinyal pada berbagai jalur
transduksi, serta molekul sinyal pada polinasi dan fertilitas jantan.
Senyawa
flavonoid untuk obat mula-mula diperkenalkan oleh seorang Amerika bernama
Gyorgy (1936). Secara tidak sengaja Gyorgy memberikan ekstrak vitamin C (asam
askorbat) kepada seorang dokter untuk mengobati penderita pendarahan kapiler
subkutaneus dan ternyata dapat disembuhkan. Mc.Clure (1986) menemukan pula oleh
bahwa senyawa flavonoid yang diekstrak dari Capsicum anunuum serta Citrus limon
juga dapat menyembuhkan pendarahan kapiler subkutan.
Mekanisme
aktivitas senyawa tersebut dapat dipandang sebagai fungsi „alat komunikasi‟
(molecular messenger} dalam proses interaksi antar sel, yang selanjutnya dapat
berpengaruh terhadap proses metabolisme sel atau mahluk hidup yang
bersangkutan, baik bersifat negatif (menghambat) maupun bersifat positif
(menstimulasi).
B. STRUKTUR
MOLEKUL
Flavonoid
merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit sekunder yang paling banyak
ditemukan di dalam jaringan tanaman (Rajalakshmi dan S. Narasimhan, 1985).
Flavonoid termasuk dalam golongan senyawa phenolik dengan struktur kimia
C6-C3-C6 (White dan Y. Xing, 1951; Madhavi et al., 1985; Maslarova, 2001)
(Gambar 1). Kerangka flavonoid terdiri atas satu cincin aromatik A, satu cincin
aromatik B, dan cincin tengah berupa heterosiklik yang mengandung oksigen dan
bentuk teroksidasi cincin ini dijadikan dasar pembagian flavonoid ke dalam
sub-sub kelompoknya (Hess, tt).
C. BIOAKTIVITAS
Fakta menunjukkan bahwa
hampir semua komponen nutrisi yang diidentifikasi berperan sebagai agen
protektif terhadap penyakit-penyakit tertentu dalam survei/penelitian mengenai
diet, sejauh ini mempunyai beberapa sifat antioksidatif (Deshpande et al.,
1985).Beberapa senyawa
flavonoid seperti quercetin, kaempferol, myricetin, apigenin, luteolin, vitexin
dan isovitexin terdapatpada sereal, sayuran, buah dan produk olahannya dengan
kandungan yang bervariasi serta sebagian besar memiliki sifat sebagai
antioksidan. Hal ini telah memperkuat dugaan bahwa flavonoid memiliki efek
biologis tertentu berkaitan dengan sifat antioksidatifnya tersebut.
Beberapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif antara asupan flavonoid
dengan resiko munculnya penyakit jantung koroner. Efek kardioprotektif
flavonoid sebagai sumber diet telah ditinjau oleh Cook dan S. Samman (1996).
Antioksidan alami seperti flavonoid yang banyak terdapat pada minuman dan buah
anggur, diketahui memiliki kontribusi dalam menghambat oksidasi LDL (low
density lipoprotein) secara ex-vivo (Kanner et al., 1994).
Produk oksidatif LDL
dapat menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah koroner. Tampaknya
aktivitas minuman anggur dalam melindungi LDL manusia dari oksidasi
terdistribusi cukup luas diantara komponen-komponen phenolik utamanya (Frankel
et al., 1995). Kemudian dengan menggunakan Model Oksidasi in Vitro untuk
Penyakit Jantung (in Vitro Oxidation
Model for Heart Desease) diketahui bahwa isoflavon ganeistein dan flavonone
hesperetin menunjukkan aktivitas antioksidan terikat-lipoprotein (IC50) yang
lebih tinggi dari tokoferol (Vinson et al.,1995).
Pada metode yang sama,
senyawa flavonol yang terdapat dalam teh diketahui bersifat sebagai
antioksidan yang kuat(Vinsonet al., 1995).Konsumsi tujuh sampai
delapan cangkir teh hijau yang mengandung epigallocathecingallate (kira-kira
100 mL tiap cangkir) dapat meningkatkan resistensi LDL terhadap oksidasi in
vivo, sehingga dapat menurunkan resiko terkena penyakit kardiovaskuler (Miura et
al., 2000). Hasil dari studi yang dilakukan oleh Zhu et al. (2000) menunjukkan
bahwa senyawa-senyawa flavonoid alami seperti kaempferol, morin, myricetin, dan
quercetin memiliki aktivitas perlindungan yang bervariasi terhadap penurunan
kandungan α-tokoferol dalam LDL sedangkan kaempferol dan morin kurang efektif
dibandingkan dengan myricetin dan quercetin. Komponen α-tokoferol (bentuk umum
vitamin E) dikenal sebagai antioksidan primer yang dapat melindungi LDL dari
oksidasi.
Selain efek kardioprotektif, telah banyak pula hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa flavonoid mempunyai kontribusi dalam aktivitas
anti-proliferatif pada sel kanker manusia. Diketahui bahwa dari hasil
penelitian suatu senyawa flavonoid yang terdapat pada citrus, dapat
menghambat sel tumor manusia (Bracke et al., 1994). Manthey dan Najla Guthrie
(2002) menyatakan bahwa senyawa flavone polymethoxylated pada citrus (termasuk
senyawa alami dan sejumlah senyawa analog sintetisnya) menunjukkan aktivitas
anti-proliverativ terhadap 6 jenis sel kanker. Aktivitas yang tinggi dapat
dilihat pada 5-desmethylsinensetin, suatu senyawa minor pada kulit jeruk
(orange), dengan nilai rata-rata IC50 dan IC90-nya
adalah 1,4 dan 4,4 μM. Sedangkan nilai rata-rata IC50 dan IC90 untuk
kelompok senyawa alami terhadap 6 sel kanker adalah 7,6 ± 9,4 dan 29,2 ± 39,4
μM
1. Bagaimana jika kita ingin mendapatkan senyawa aglikon flavonoid yang terdapat pada getah buah-buahan ?
2. Apa yang menyebabkan Flavonoid dikatakan sebagai anti oksidan ?
3. Bagaimana flavonoid dapat menunjukkan sifat anti kankernya ?
Saya ingin menanggapi permasalahan pertama dimana pertanyaannya bagaimana jika kita ingin mendapatkan senyawa aglikon flavonoid yang terdapat pada getah yakni diperlukan hidrolisis asam terhadap glikosida. Tahap hidrolisis ini penting dilakukan pada waktu dilakukan analisis komposisi flavonoid suatu tanaman dengan kromatografi maupun pada saat proses isolasi aglikon
BalasHapusBaiklah saya akan mencoba menanggapi permasalahan yang kedua, Flavonoid dikatakan sebagai antioksidan karena dapat menangkap radikal bebas dengan membebaskan atom hidrogen dari gugus hidroksilnya. Aksi radikal memberikan efek timbulnya berbagai penyakit yang berbahaya bagi tubuh. Tubuh manusia tidak mempunyai sistem pertahanan antioksidatif yang lebih sehingga apabila terkena radikal bebas yang tinggi dan berlebih, tubuh tidak dapat menanggulanginya. Saat itulah tubuh manusia membutuhkan antioksidan dari luar (eksogen) yang dapat dilakukan dengan asupan senyawa yang memiliki kandungan antioksidan yang tinggi melalui suplemen, makanan, dan minuman yang dikonsumsi.
BalasHapussaya ingin menanggapi permasalahan saudari yang kedua
BalasHapusFlavonoid adalah senyawa fenol yang terdiri dari 15 atom karbon yang umumnya tersebar di dunia tumbuhan Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru, dan sebagai zat berwarna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Perkembangan pengetahuan menunjukkan bahwa flavonoid termasuk salah satu kelompok senyawa aromatik yang termasuk polifenol dan mengandung antioksidan. Antioksidan merupakan kemampuan suatu zat agar mudah teroksidasi, sehingga udara/oksigen akan mengoksidasi senyawa antioksidan tersebut terlebih dahulu sebelum mengoksidasi zsenyawa lain. Kebanyakan orang menyangka bahwa zat antioksidan merupakan senyawa untuk mencegah proses oksidasi namun sebenarnya zat antioksidan adalah zat yang sangat mudah teroksidasi oleh udara (oksigen).
Flavonoid dikatakan antioksidan karena dapat menangkap radikal bebas dengan membebaskan atom hidrogen dari gugus hidroksilnya. Aksi radikal memberikan efek timbulnya berbagai penyakit yang berbahaya bagi tubuh. Tubuh manusia tidak mempunyai sistem pertahanan antioksidatif yang lebih sehingga apabila terkena radikal bebas yang tinggi dan berlebih, tubuh tidak dapat menanggulanginya. Saat itulah tubuh manusia membutuhkan antioksidan dari luar (eksogen) yang dapat dilakukan dengan asupan senyawa yang memiliki kandungan antioksidan yang tinggi melalui suplemen, makanan, dan minuman yang dikonsumsi.
saya akan menjawab permasalahan no 2 saudari dimana Antioksidan merupakan senyawa
BalasHapusyang dapat menangkal radikal bebas.
Aktivitas senyawa sebagai antioksi
dan
dapat ditentukan melalaui DPPH radikal
bebas. Aktivitas antioksid
an yang moderat
pada senyawa kalkon
terkait dengan
kemampuan elektron atau radikal hidrogen
yang dimiliki oleh suatu senyawa dalam
melepaskan DPPH, sehingga menjadi
molekul diamagnetik ya
ng stabil. Elektron
pada gugus hidroksi dan metoksi dapat
dengan mudah melepaskan atom, sehingga
lebih menginduksi aktivitas antioksidan
Baiklah saya akan mencoba menjawab permasalahan yang ke 3
BalasHapusSenyawa bioaktif flavonoid yang merupakan ekstrak metanol ini dikatakan sebagai antikanker karena dapat menghambat tumbuhnya sel-sel kanker itu sendiri. Sebagai antioksidan, senyawa flavonoid dapat mencegah reaksi bergabungnya molekul karsinogen dengan DNA sel sehingga mencegah kerusakan DNA sel. Di sini lah komponen bioaktif flavonoid dapat mencegah terjadinya proses awal pembentukan sel kanker. Bahkan flavonoid dapat merangsang proses perbaikan DNA sel yang telah termutasi sehingga sel menjadi normal kembali. Selain itu, dapat mencegah pembentukan pembuluh darah buatan sel kanker (proses angiogenesis) sehingga sel-sel kanker tidak dapat tumbuh menjadi besar karena saluran untuk pertumbuhannya terhambat.
Baik saya akan menjawab permasalahan no2
BalasHapusFlavonoid dikatakan antioksidan karena dapat menangkap radikal bebas dengan membebaskan atom hidrogen dari gugus hidroksilnya. Aksi radikal memberikan efek timbulnya berbagai penyakit yang berbahaya bagi tubuh. Tubuh manusia tidak mempunyai sistem pertahanan antioksidatif yang lebih sehingga apabila terkena radikal bebas yang tinggi dan berlebih, tubuh tidak dapat menanggulanginya. Saat itulah tubuh manusia membutuhkan antioksidan dari luar (eksogen) yang dapat dilakukan dengan asupan senyawa yang memiliki kandungan antioksidan yang tinggi melalui suplemen, makanan, dan minuman yang dikonsumsi. Namun, globalisasi yang merupakan zaman sintetik membuat manusia khawatir terhadap antioksidan buatan yang pada umumnya memberikan efek samping yang tidak ringan.