ALKALOID
A.
ASAL-USUL ALKALOID
Sejarah alkaloid hampir
setua peradaban manusia. Manusia telah menggunakan obat-obatan yang mengandung
alkaloid dalam minuman, kedokteran, the, tuan atau tapal, dan racun selama 4000
tahun. Tidak ada usaha untuk mengisolasi komponen aktif dari ramuan obat-obatan
hingga permulaan abad ke sembilan belas.
Obat-obatan pertama
yang diketemukan secara kimia adalah opium, getah kering Apium Papaver
somniferum. Opium telah digunakan dalam obat-obatan selama berabad-abad dan
sifat-sifatnya sebagai analgesik maupun narkotik telah diketahui. Pada tahun
1803, Derosne mengisolasi alkaloid semi murni dari opium dan diberi nama
narkotin. Seturner pada tahun 1805 mengadakan penelitian lebih lanjut terhadap
opium dapat berhasil mengisolasi morfin.
Dalam tahun 1817-1820
di Laboratorium Pelletier dan Caventon di Fakultas Farmasi di Paris,
melanjutkan penelitian di bidang kimia alkaloid yang menakjubkan. Daintara
alkaloid yang diperoleh dalam waktu singkat tersebut adalah Stikhnin, Emetin,
Brusin, Piperin, kaffein, Quinin, Sinkhonin, dan Kolkhisin.
Pada tahun 1826,
Pelletier dan Caventon juga memperoleh Koniin suatu alkaloid yang memiliki
sejarah cukup terkenal. Alkaloid tersebut tidak hanya yang bertanggung jawab
atas kematian Socrates akibat dari hisapan udara yang beracun, tetapi karena
struktur molekulnya yang sederhana. Koniin merupakan alkaloid pertama yang
ditentukan sifat-sifatnya (1870) dan yang pertama disintesis (1886). Selama
tahun 1884 telah ditemukan paling sedikit 25 alkaloid hanya dari Chinchona.
Kompleksitas alkaloid merupakan penghalang elusidasi struktur molekul selama
abad ke sembilan belas bahkan pada awal abad ke dua puluh. Sebagai contoh
adalah Stikhnin yang ditemukan pertama kali oleh Pelletier dan Caventon pada
tahun 1819 dan struktur akhirnya dapat ditentukan oleh Robinson dan kawan-kawan
pada tahun 1946 setelah melakukan pekerjaan kimia yang ekstra sukar selama
hampir 140 tahun.
Perlu dicatat bahwa
selama kimia organik berkembang pesat selama periode tersebut, menjadi ilmu
pengetahuan yang rumit pada saat ini, usaha pengembangan dalam kimia bahan alam
tumbuh sejalan, banyak reaksi yang sekarang merupakan reaksi klasik dalam kimia
organik adalah hasil penemuan pertama dari studi yang cermat degradasi senyawa
bahan alam.
B. SUMBER
Pada waktu yang lampau sebagian besar sumber alkaloid adalah pada tanaman
berbunga, angiosperma (Familia Leguminoceae, Papavraceae, Ranunculaceae,
Rubiaceae, Solanaceae,Berberidaceae) dan juga pada tumbuhan monokotil (Familia
Solanaceae dan Liliaceae). Pada tahun-tahun berikutnya penemuan sejumlah besar
alkaloid terdapat pada hewan, serangga, organisme laut, mikroorganisme dan
tanaman rendah. Beberapa contoh yang terdapat pada berbagai sumber adalah
isolasi muskopiridin dari sebangsa rusa; kastoramin dari sejenis musang Kanada
; turunan Pirrol-Feromon seks serangga ; Saksitoksin - Neurotoksik konstituen
dari Gonyaulax catenella ; pirosiamin dari bacterium Pseudomunas
aeruginosa; khanoklavin-I dari sebangsa cendawan, Claviceps purpurea ;
dan likopodin dari genus lumut Lycopodium.
Karena alkaloid sebagai suatu kelompok senyawa yang terdapat sebagian
besar pada tanaman berbunga, maka para ilmuwan sangat tertarik pada sistematika
aturan tanaman. Kelompok tertentu alkaloid dihubungkan dengan famili atau
genera tanaman tertentu. Berdasarkan sistem Engler dalam tanaman yang tinggi
terdapat 60 order. Sekitar 34 dari padanya mengandung alkaloid. 40% dari semua
famili tanaman paling sedikit mengandung alkaloid. Namun demikian, dilaporkan
hanya sekitar 8,7% alkaloid terdapat pada disekitar 10.000 genus. Kebanyakan
famili tanaman yang mengandung alkaloid yang penting adalah Liliaceae,
solanaceae dan Rubiaceae. Famili tanaman yang tidak lazim yang mengandung
alkaloid adalah Papaveraceae. Dalam kebanyakan famili tanaman yang mengandung
alkaloid, beberapa genera mengandung alkaloid sedangkan genera yang lain tidak
mengandung alkaloid. Suatu genus sering menghasilkan alkaloid yang sama, dan
bahkan beberapa genera yang berbeda dalam suatu famili dapat mengandung
alkaloid yang sama. Sebagai contoh hiossiamin diperoleh dari tujuh generayang
berbeda dari famili tanaman Solanaceae. Dilain pihak alkaloid yang lebih
kompleks, seperti vindolin dan morfin, sering terdapat dalam jumlah yang
terbatas pada satu spesies atau genus tanaman.
Di dalam tanaman yang mengandung alkaloid, alkaloid mungkin terlokasi
(terkonsentrasi) pada jumlah yang tinggi pada bagian tanaman tertentu. Sebagai
contoh reserpin terkonsentrasi pada akar (hingga dapat diisolasi) Rauvolfia
sp ; Quinin terdapat dalam kulit, tidak pada daun Cinchona ledgeriana ;
dan morfin terdapat pada getah atau latex Papaver samniferum. Pada
bagian tertentu tanaman tidak mengandung alkaloid tetapi bagian tanaman yang
lain sangat kaya alkaloid. Namun ini tidak berarti bahwa alkaloid yang dibentuk
di bagiam tanaman tersebut. Sebagai contoh dalam species Datura dan Nicotiana
dihasilkan dalam akar tetapi ditranslokasi cepat ke daun, selain itu
alkaloid juga dalam biji (Nux vomica, Areca catechu), buah (Piperis
nigri ), daun (Atropa belladona), akar & rhizoma (Atrpa
belladona & Euphorbia ipecacuanhae) dan pada kulit batang (Cinchona
succirubra). Fungsi alkaloid ini bermacam-macam diantaranya sebagai racun
untuk melindungi tanaman dari serangga dan binatang, sebagai hasil akhir dari
reaksi detoksifikasi yang merupakan hasil metbolit akhir dari komponen yang
membahayakan bagi tanaman, sebagai faktor pertumbuhan tanaman dan cadangan
makanan.
Kisaran konsentrasi total alkaloid tang terdapat pada bagian tanaman
tertentu sangat bervariasi. Sebagai contoh, reserpin dapat mencapai konsentrasi
hingga 1% dalam akar Rauvolfia serpentine, tetapi vinkristin dari daun Catharanthus
roseus diperoleh hanya 4.10-6 % Dapat dibayangkan persoalan yang menyangkut
dalam industri yang memproduksi alkaloid yang terdapat dalam jumlah yang sangat
sedikit.
C. KLASIFIKASI
Pada bagian yang memaparkan sejarah alkaloid, jelas kiranya bahwa
alkaloid sebagai kelompok senyawa, tidak diperoleh definisi tunggal tentang
alkaloid. Sistem klasifikasi yang diterima, menurut Hegnauer, alkaloid
dikelompokkan sebagai (a) Alkaloid sesungguhnya, (b) Protoalkaloid, dan (c)
Pseudoalkaloid. Meskipun terdapat beberapa perkecualian.
(a) Alkaloid
Sesungguhnya
Alkaloid
sesungguhnya adalah racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas phisiologi
yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa; lazim mengandung Nitrogen
dalam cincin heterosiklik ; diturunkan dari asam amino ; biasanya terdapat
“aturan” tersebut adalah kolkhisin dan asam aristolokhat yang bersifat bukan
basa dan tidak memiliki cincin heterosiklik dan alkaloid quartener, yang
bersifat agak asam daripada bersifat basa.
(b) Protoalkaloid
Protoalkaloid
merupakan amin yang relatif sederhana dimana nitrogen dan asam amino tidak
terdapat dalam cincin heterosiklik. Protoalkaloid diperoleh berdasarkan
biosintesis dari asam amino yang bersifat basa. Pengertian ”amin biologis”
sering digunakan untuk kelompok ini. Contoh, adalah meskalin, ephedin dan
N,N-dimetiltriptamin.
(c) Pseudoalkaloid
Pseudoalkaloid
tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Senyawa biasanya bersifat basa. Ada
dua seri alkaloid yang penting dalam khas ini, yaitu alkaloid steroidal (contoh:
konessin dan purin (kaffein).
D.
IDENTIFIKASI
Dua metode yang paling banyak digunakan untuk menyeleksi tanaman yang
mengandung alkaloid. Prosedur Wall, meliputi ekstraksi sekitar 20 gram
bahan tanaman kering yang direfluks dengan 80% etanol. Setelah dingin dan
disaring, residu dicuci dengan 80% etanol dan kumpulan filtrat diuapkan. Residu
yang tertinggal dilarutkan dalam air, disaring, diasamkan dengan asam klorida
1% dan alkaloid diendapkan baik dengan pereaksi Mayer atau dengan
Siklotungstat. Bila hasil tes positif, maka konfirmasi tes dilakukan dengan
cara larutan yang bersifat asam dibasakan, alkaloid diekstrak kembali ke dalam
larutan asam. Jika larutan asam ini menghasilkan endapan dengan pereaksi
tersebut di atas, ini berarti tanaman mengandung alkaloid. Fasa basa berair
juga harus diteliti untuk menentukan adanya alkaloid quartener.
Prosedur Kiang-Douglas agak berbeda terhadap garam alkaloid yang
terdapat dalam tanaman (lazimnya sitrat, tartrat atau laktat). Bahan tanaman
kering pertama-tama diubah menjadi basa bebas dengan larutan encer amonia.
Hasil yang diperoleh kemudian diekstrak dengan kloroform, ekstrak dipekatkan
dan alkaloid diubah menjadi hidrokloridanya dengan cara menambahkan asam
klorida 2 N. Filtrat larutan berair kemudian diuji terhadap alkaloidnya dengan
menambah pereaksi mayer,Dragendorff atau Bauchardat. Perkiraan kandungan
alkaloid yang potensial dapat diperoleh dengan menggunakan larutan encer
standar alkaloid khusus seperti brusin.
Beberapa pereaksi pengendapan digunakan untuk memisahlkan jenis alkaloid.
Pereaksi sering didasarkan pada kesanggupan alkaloid untuk bergabung dengan
logam yang memiliki berat atom tinggi seperti merkuri, bismuth, tungsen, atau
jood. Pereaksi mayer mengandung kalium jodida dan merkuri klorida dan pereaksi
Dragendorff mengandung bismut nitrat dan merkuri klorida dalam nitrit berair.
Pereaksi Bouchardat mirip dengan pereaksi Wagner dan mengandung kalium jodida
dan jood. Pereaksi asam silikotungstat menandung kompleks silikon dioksida dan
tungsten trioksida. Berbagai pereaksi tersebut menunjukkan perbedaan yang besar
dalam halsensitivitas terhadap gugus alkaloid yang berbeda. Ditilik dari popularitasnya,
formulasi mayer kurang sensitif dibandingkan pereaksi wagner atau dragendorff.
Kromatografi dengan penyerap yang cocok merupakan metode yang lazim untuk
memisahkan alkaloid murni dan campuran yang kotor. Seperti halnya pemisahan
dengan kolom terhadap bahan alam selalu dipantau dengan kromatografi lapis
tipis. Untuk mendeteksi alkaloid secara kromatografi digunakan sejumlah
pereaksi. Pereaksi yang sangat umum adalah pereaksi Dragendorff, yang akan
memberikan noda berwarna jingga untuk senyawa alkaloid. Namun demikian perlu
diperhatikan bahwa beberapa sistem tak jenuh, terutama koumarin dan α-piron,
dapat juga memberikan noda yang berwarna jingga dengan pereaksi tersebut.
Pereaksi umum lain tetapi kurang digunakan adalah asam fosfomolibdat,
jodoplatinat, uap jood, dan antimon (III) klorida.
Kebanyakan alkaloid bereaksi dengan pereaksi-pereaksi tersebut tanpa
membedakan kelompok alkaloid. Sejumlah pereaksi khusus tersedia untuk
menentukan atau mendeteksi jenis alkaloid khusus. Pereaksi Ehrlich
(p-dimetilaminobenzaldehide yang diasamkan) memberikan warna yang sangat
karakteristik biru atau abu-abu hijau dengan alkaloid ergot. Perteaksi serium
amonium sulfat (CAS) berasam (asam sulfat atau fosfat) memberikan warna yang
berbeda dengan berbagai alkaloid indol. Warna tergantung pada kromofor
ultraungu alkaloid.
Campuran feriklorida dan asam perklorat digunakan untuk mendeteksi
alkloid Rauvolfia. Alkaloid Cinchona memberikan warna jelas biru
fluoresen pada sinar ultra ungu (UV) setelah direaksikan dengan asam format dan
fenilalkilamin dapat terlihat dengan ninhidrin. Glikosida steroidal sering
dideteksi dengan penyemprotan vanilin-asam fosfat.
Pereaksi Oberlin-Zeisel, larutan feri klorida 1-5% dalam asam klorida 0,5
N, sensitif terutama pada inti tripolon alkaloid kolkisin dan sejumlah kecil 1 μg
dapat terdeteksi.
Permasalahan
:
1. Apa
yang menyebabkan alkaloida sesungguhnya bersifat racun jika ditinjau dari
struktur ?
2. Salah
satu contoh jenis Alkaloid Isoquinolin
yaitu morfin , yang kita ketahui morfin dimanfaatkan sebagai obat penghilang
rasa nyeri, apabila dikonsumsi secara berlebihan maka akan menimbulkan drug abuse, Apakah yang menyebabkan hal itu
terjadi?
baik saya akan menjawab permasalahan no 1
BalasHapusAlkaloid sesungguhnya bersifat racun, senyawa tersebut menunjukan aktivitas fisiologi yang luas., tanpa terkeculi bersifat basa. Lazim mengandung nitrogen dalma cincin heterosklik : diturunkan dari asam amino. Jika dilihat dari strukturnya yaitu alkaloid kuinolin yang mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen. Yang termasuk disini adalah alkaloid kuinin yang toxic terhadap plasmadium vivox
Menjawab masalah pertama Alkaloid sesungguhnya adalah racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas phisiologi yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa; lazim mengandung Nitrogen dalam cincin heterosiklik ; diturunkan dari asam amino ; biasanya terdapat “aturan” tersebut adalah kolkhisin dan asam aristolokhat yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin heterosiklik dan alkaloid quartener, yang bersifat agak asam daripada bersifat basa.
BalasHapusSaya akan mencoba menjawab permasalahan no 2
BalasHapusOverdosis Morfin overdosis adalah hasil dari asupan disengaja atau tidak disengaja obat terlalu banyak. Ini akan menyebabkan asfiksia (kondisi sangat kekurangan pasokan oksigen ke tubuh) dan kematian akibat depresi pernafasan jika orang tidak mendapatkan perhatian medis segera.
Efek pada sistem lain dan proses Efek Morfin pada sistem lain dan proses metabolisme yang lambat, sedang kadar gula darah, tekanan darah rendah, efek akut dan kronis pada sistem endokrin, darah, jantung dan paru-paru.
Efek pada sistem imun pelaku Morfin memiliki resiko tinggi infeksi pneumonia, tuberkulosis dan HIV, seperti Morfin menurunkan kekebalan. Morfin mempengaruhi produksi neutrofil dan sitokin yang merupakan bagian dari sistem kekebalan. Pada pelaku Morfin, ada risiko tinggi infeksi dan Morfin juga dapat mengganggu penyembuhan luka.
Saya akan menjawab soal no 2 dimana Kandungan Morfin
BalasHapusMorfin merupakan getah opium yang dicampur dan diolah dengan zat-zat kimia tertentu yang mempunyai daya analgesik kuat berbentuk kristal, tidak berbau serta memiliki warna putih dan berubah menjadi kecoklatan.
Mekanisme dan Cara Kerja Morfin
Morfin merupakan agonis reseptor opioid, dengan efek utama mengikat dan mengaktivasi reseptor µ-opioid pada sistem saraf pusat. Aktivasi reseptor ini terkait dengan analgesia, sedasi, euforia, physical dependence dan respiratory depression. Morfin juga bertindak sebagai agonis reseptor κ-opioid yang terkait dengan analgesia spinal dan miosis (morfin bekerja langsung pada sistem saraf pusat ).
Di dalam tubuh, morfin terutama dimetabolisme menjadi morphine-3-glucuronide dan morphine-6-glucuronide (M6G). Pada hewan pengerat, M6G tampak memiliki efek analgesia lebih potensial ketimbang morfin sendiri.
Cara kerja morfin dalam tubuh adalah dengan menekan pusat pernapasan. Pemakai yang overdosis akan mengalami gangguan pernapasan yang fatal. Penyalahgunaan morfin mengakibatkan ketergantungan, pada wanita mengganggu siklus menstruasi, pada pria mengakibatkan impotensi, menyebabkan sembelit dan kematian.
saya ingin mencoba menanggqpi permasalahan kedua saudari,
BalasHapusMorfin adalah jenis obat yang masuk ke dalam golongan analgesik opium atau narkotik. Obat ini digunakan untuk mengatasi rasa sakit yang terbilang parah dan berkepanjangan atau kronis, seperti misalnya nyeri pada kanker stadium lanjut. Morfin bekerja pada saraf dan otak sehingga tubuh tidak merasakan rasa sakit. meskipun memiliki manfaat besar, morfin sangat menyebabkan ketergantungan. menghentikan pengobatan morfin yang telah berlangsung jangka panjang tidak bisa dilakukan sekaligus, terutama pada pasien yang menggunakan morfin dalam dosis besar. Hal ini dapat menimbulkan gejala putus obat seperti kegelisahan, tubuh berkeringat, nyeri otot, mual dan rasa sakit di semua bagian tubuh. cara mengatasinya dokter akan melakukan pengurangan dosis secara bertahap hingga pasien bisa pelan pelan lepas dari ketergatugan morfin. kareana morfin jenis golongan analgesic opium yang merupakan katagori obat yang diresepkan oleh dokter. Adapun efek samping yang membahayakan bagi penyalahguna morfin adalah mual muntah, mengantuk , berkeringat tanpa henti, merasakan sakit pada otak karena berangsur ngsur menyerang saraf otak, membuat suasana hati mudah berubah ubah dan tidak nyaman, mudah tersingung, timbulnya imsonia, kinerja otot akan melemah, meningkatnya rasa nyeri di tubuh, membuat metabolism tubuh semakin melamban dan kematian.